Ritual "Kuda Kosong" di Ciamis, Tradisi Mistik yang Hilang Ditelan Jaman

22 Juni 2024, 07:53 WIB
Foto ilustrasi tradisi arak-arakan kuda kosong di Ciamis., saat ini sudah tidak lagi digelar.* /Mohamad Ridwan/Ilustrasi/


KABAR BANJAR - Banyak kisah dan tradisi mistik di Kabupaten Ciamis yang hingga kini masih dipercaya dan dilakukan oleh sebagian masyarakatnya. Di antara banyak tradisi mistik tersebut, ada satu tradisi yang kini telah benar-benar hilang, namun masih terekam dalam ingatan sebagian kecil masyarakat Ciamis dan berkembang dalam bentuk cerita rakyat yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Ya, usai peringatan Hari Jadi ke-382 Kabupaten Ciamis tanggal 12 Juni 2024 lalu, ceritera tentang kisah tradisi mistik yang pada jaman dulu mewarnai rangkaian peringatan Hari jadi Ciamis, kembali diperbincangkan. Karena saat ini, tradisi mistik tersebut tidak pernah lagi dilakukan. Padahal, tradisi tersebut selalu menjadi perhatian dan daya tarik masyarakat untuk ikut menonton dan hadir dalam perayaan hari jadi Kabupaten Ciamis.

Masyarakat setempat menyebutnya dengan tradisi "Kuda Kosong", yakni beberapa kuda yang diarak dalam pawai atau karnaval peringatan hari jadi. Kuda-kuda tersebut dibiarkan berjalan tanpa penunggang dengan diikuti para sesepuh dan diiringi ritual dari tokoh setempat. Kuda tanpa penumpang itu dibawa mengelilingi jalanan perkotaan Ciamis dan Pendopo Bupati. Yang menjadi perhatian masyarakat, kuda tersebut berjalan terlihat seperti memikul beban berat. Konon, kuda itu ditumpangi oleh makhluk tak kasat mata, katanya jin penguasa Rawa Onom beserta para pengikutnya.

Baca Juga: Pulau Kunti di Sukabumi Tak Seseram yang Dibayangkan: dari Destinasi Wisata Menjadi Kawasan Konservasi

Tradisi Kuda Kosong sempat menjadi primadona di tahun 1950-an hingga tahun 1970-an. Ribuan warga dari berbagai kecamatan datang dan menyambut iring-iringan kuda kosong tersebut. Bahkan di setiap gang atau persimpangan disediakan sesaji dalam besek.

Konon sesaji itu untuk menjamu mahluk tak kasat mata yang menunggangi kuda kosong. Lambat laun, tradisi Kuda Kosong pun menghilang, tidak pernah lagi digelar pada saat Hari Jadi Kabupaten Ciamis. Bahkan banyak generasi sekarang tidak mengetahui adanya tradisi yang menambah kesakralan Hari Jadi Ciamis.

Tradisi Kuda Kosong saat ini di antaranya terekam dalam kisah cerita yang disampaikan oleh Rita Ratnawati (65), cucu dari Raden Galil Koesoemawidjaja Mahadikoesoema (pelaku Tradisi Kuda Kosong). Saat ini Rita Ratnawati tinggal di kawasan Lokasana Kota Ciamis.

Sebagaimana dikutip dari kabar-ciamis.com, dijelaskan bahwa Rita mendengar cerita itu dari neneknya atau istri dari Raden Galil. Pada masa setelah kemerdekaan, Raden Galil merupakan seorang pelaku seni. Raden Galil kerap tampil dalam pertunjukan dan kebetulan ia akan berperan dalam Munding Laya.

Baca Juga: Hari Ini, Kabupaten Ciiamis Tepat 382 Tahun: Apa Kabar Perubahan Nama Ciamis Menjadi Kabupaten Galuh?

Sebelum tampil, Raden Galil beserta para krunya dibawa ke Pulo Majeti di wilayah Banjar untuk tawasulan hingga malam supaya pada saat tampil diberikan kelancaran.

"Pada saat itu setelah keluar dari semak ada sebuah benda melayang seperti ranting menghampiri kakek. Kemudian benda itu dibawa pulang," ujarnya, saat ditemui wartawan belum lama ini.

Pada saat malamnya, Raden Galil mendapat wangsit bahwa benda seperti ranting pohon itu dibawa ke Pendopo Bupati Ciamis. Setelah dibawa, benda itu disimpan di sebuah saung kecil kemudian diberi sesaji.

Di saung kecil gelap itu, terdengar suara alat-alat makan dan setelah dilihat semuanya telah berantakan. Kala itu menjelang Hari Jadi Ciamis. Konon wangsit itu berasal dari makhluk tak kasat mata disebut Raja Onom.

"Jadi ada yang berbisik dengan kata 'Kaula bakal datang' (saya akan datang). Cirinya pada saat Magrib ada hujan gerimis. Itu merupakan Raja Onom bernama Nyai Ratu Gandawati," ungkapnya.

Setelah datang dengan ditandai ciri yang disebutkan itu, Raden Galil menyebut bahwa Raja Onom meminta kuda kosong untuk ditumpangi mengelilingi wilayah perkotaan Ciamis. Bukan hanya Raja Onom saja yang datang melainkan berikut pengikutnya.

Akhirnya, Raden Galil pun bersama jajarannya menyiapkan kuda kosong lalu kemudian diarak berkeliling perkotaan Ciamis. Tidak hanya seekor kuda namun juga beberapa ekor kuda lainnya untuk para pengikutnya.

Baca Juga: Jelang Hari Raya Kurban, Permintaan Golok Galonggong Tasikmalaya Meningkat

"Menurut cerita, kuda itu seperti membawa beban berat jalannya juga pelan. Tentunya itu menjadi keanehan di masyarakat, karena kudanya tidak ada yang menunggangi tapi seperti keberatan," ungkapnya.

Rita menunjukan pecut atau benda seperti ranting pohon yang didapat kakeknya dari Pulo Majeti, konon sebagai sarana mendatangkan Raja Onom untuk datang pada saat tradisi kuda kosong akan dilaksanakan. Sampai sekarang Rita masih menyimpan pecut tersebut.

"Setiap setahun sekali, pecut ini selalu saya bersihkan," ungkapnya.

Akhirnya, setiap tahun setiap hari Jadi Ciamis, kuda kosong itu pun rutin digelar. Bahkan berkembang menjadi tradisi yang sangat dinantikan masyarakat Ciamis.

Setelah Raden Galil wafat, Tradisi Kuda Kosong pun mulai menghilang dan tak lagi digelar. Diketahui Raden Galil merupakan keturunan Kanjeng Prabu atau RAA Kusumandiningrat (Bupati Galuh).

Rita menyebut, pada tahun 2019, Tradisi Kuda Kosong sempat akan dibangkitkan dalam kegiatan Mieling Ngadegna Galuh. Namun tradisi itu hanya bertahan sekali itu saja. Ritualnya pun sama, dengan menyediakan ruang kosong dan diberi sesaji.

Konon setelah mengundang Raja Onom, beberapa hari setelah kegiatan tersebut, 3 ekor kuda yang dipakai untuk tunggangannya mendadak mati. Sehingga hingga kini tidak ada lagi yang mampu menggelar Tradisi Kuda Kosong.***

Editor: Mohamad Ridwan

Tags

Terkini

Terpopuler