Bersama Eyang Suga dan empat tokoh Galuh, Imam Fakih memimpin perancangan pembuatan danau yang memiliki tujuan ganda, yaitu untuk memenuhi kebutuhan irigasi dan sebagai tempat ibadah.
Dengan membawa bokor emas yang berisi air dari Situ Panjalu, mereka merancang sebuah bendungan dan meluncurkan bokor emas tersebut ke lembah Pasir Leungit.
Tempat inilah yang kemudian menjadi Situ Wangi, dan airnya masih memberikan berkah yang melimpah bagi warga setempat.
Versi kedua mengaitkan kisah mistis ini dengan Kerajaan Galuh, di mana Prabu Wangi berangkat ke Mekah untuk berhaji.
Saat pulang, sebagian air zam-zam yang dibawa Prabu Wangi ditumpahkan ke dalam danau, dan dari situlah lahir Situ Wangi.
Namun, versi kedua merujuk pada seorang penari ronggeng bernama Nyi Mas Wangi. Nama ini menjadi sumber inspirasi untuk Situ Wangi, yang dahulu sering dihiasi oleh keluh kesah tarian Nyi Mas Wangi.
Vesi ketiga adalah suatu kisah mitos Situ Wangi. Terdapat dua makhluk misterius bernama Si Rawing dan Si Kohkol. Kedua ikan ini dikabarkan memiliki tugas menjaga populasi ikan di danau tersebut.