Dari Kota Ciamis, dapat diakses dengan kendaraan, baik sepeda motor maupun mobil, dalam waktu sekitar empat puluh lima menit.
Lingkungan situs ini seperti hutan lindung dengan beragam jenis tumbuhan, termasuk tanaman keras seperti meliceae, lacocarpaceae, euphorbiaceae, sapidanceae, serta tanaman palawija, rotan, salak, dan cengkih.
Situs ini dikenal sebagai Astana Gede karena adanya sebuah makam yang besar dan panjang, berbeda dari makam-makam lainnya.
Dalam bahasa Sunda, "astana" berarti makam, dan "gede" berarti besar. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa Astana Gede adalah tempat pemakaman beberapa tokoh besar, atau dalam bahasa Sunda disebut "gegeden."
Makam ini diyakini sebagai makam Pangeran Usman, yang memerintah antara tahun 1592-1643 Masehi dan memeluk agama Islam sebagai keturunan Kesultanan Cirebon.
Situs Astana Gede Kawali mencerminkan campuran budaya dari masa prasejarah, klasik, dan Islam. Temuan arkeologis meliputi punden berundak, lumpang batu, menhir, yoni, prasasti, dan makam kuno.
Pada masanya, Kawali menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Galuh dengan beberapa raja yang berkuasa seperti Prabu Ajiguna Linggawisesa, yang dikenal sebagai Sang Lumahing Kiding.
Lalu Prabu Ragamulya atau Aki Kolot, Prabu Linggabuwana yang gugur dalam sejarah Bubat, Rahyang Niskala Wastukancana yang meninggalkan prasasti di Astana Gede (Situs Kawali).