Situs Lingga Yoni Kota Tasikmalaya Terancam Aktifitas Penggalian Pasir, Mang Ejen: Bebaskan Kawasan Bukit!

29 Juni 2024, 13:32 WIB
Pemerhati budaya dari Indihiang, Mang Ejen bersama komunitas peduli situs saat mengunjungi Situs Lingga Yoni Kota Tasikmalaya.* /Mohamad Ridwan/Kabar Banjar/


KABAR BANJAR - Kota Tasikmalaya memiliki objek peninggalan purbakala yang sangat penting dalam lintasan sejarah kebudayaan Indonesia, khususnya di Jawa Barat. Objek purbakala tersebut yakni Situs Lingga Yoni yang terletak di Kampung Sindanglengo, Kelurahan Sukamaju Kidul, Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya.

Keberaan situs Lingga Yoni telah menjadi bahan kajian banyak pihak dari berbagai sisi ilmu pengetahuan. Sesuai dengan fungsinya, sebagaimana diuraikan dalam Undang-undang Cagar Budaya No. 11 Tahun 2010, bahwa objek purbakala tersebut bisa berfungsi sebagai sarana pendidikan, penelitian untuk ilmu pengetahuan dan juga sebagai objek pariwisata.

Pihak pemerintah melalui Balai Arkeologi Bandung telah melakukan langkah penelitian melalui ekskavasi arkeologis untuk mengungkap struktur bangunan Lingga-Yoni. Hasilnya, memang terdapat struktur bangunan yang menyangga Lingga-Yoni, dengan tangga masuk bangunan berada di sebelah timur Lingga-Yoni. Artinya, bahwa keberaan situs tersebut membuktikan bahwa memang Lingga Yoni tersebut tidak berdiri sendiri, namun terkait dengan bangunan suci agama Hindu saat silam di sana. Apalagi hal itu didukung dengan bukti arkeologis lainnya berupa temuan gerabah berbentuk 'pendil' atau semacam guci sebagai tempat sesajian dalam ritual di bangunan suci.

Baca Juga: Bisa Dicoba, Gunakan Kabin di Lokasi Wisata untuk Pengalaman Menarik dan Sensasi dalam Mengisi Liburan Anda  

Situs Lingga Yoni tersebut juga terkait dengan asal usul nama atau toponimi nama daerah "Indihiang". Menurut Prof. Agus Arismunandar, Arkeolog dari Universitas Indonesia, Indihiang berasal dari dua kata: Indi dan Hyang. "Indi" berarti Hindu dan "Hyang" berarti dewa atau kekuatan arwah leluhur yang dipuja masyarakat Sunda silam. Situs Lingga-Yoni di sana, kata Agus, mencirikan adanya perpaduan dua kebudayaan yaitu kebudayaan Hindu dan Sunda kuno, yang direpresentasikan juga dengan bangunan suci berupa kabuyutan sebagaimana tradisi bangunan suci Sunda Kuno. Lokasi Lingga Yoni saat ini berada di sebuah puncak bukit yang dikenal masyarakat dengan sebutan Bukit Kabuyutan.

Situs Lingga-Yoni di Indihiang, selain sudah disikapi oleh pemerintah melalui sejumlah rangkaian penelitian, dari sisi pemeliharaannya pun bisa dikatakan cukup memadai. Selain telah membangun cungkup atau saung yang menaungi Lingga Yoni serta memberikan pagar sebagai pelindung, pemerintah juga sudah menempatkan seorang Juru Pelihara (Jupel) di sana dengan status ASN (Aparatur Sipil Negara) di bawah Balai Pemajuan Kebudayaan, Dirjen Kebudayaan RI.

Sementara itu, salah seorang peminat dan pemerhati sejarah/budaya, warga Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya, Jejen Jenal Jaenudin atau akrab disapa "Mang Ejen", mengkhawatirkan keberadaan Bukit Kabuyutan yang terancam adanya penggalian pasir di bawahnya.

"Penggalian pasir saat ini sudah sampai ke kaki bukit," ujar Mang Ejen, usai mengunjungi situs Lingga-Yoni bersama sejumlah orang yang sama-sama peduli keberadaan situs, Jumat, 28 Juni 2024.

Baca Juga: Menelusuri Keindahan Sejarah di Gedung The Historich Cimahi Bandung

Dikatakan, jika bukit tersebut terus digali, maka keberaan situs Lingga Yoni pun terancam. Kekhawatiran Mang Ejen cukup beralasan. Karena saat ini pemerintah belum mampu untuk membebaskan kawasan situs, dan masih banyak lahan bagian bukit yang menjadi tanah milik pribadi atau pengusaha. Jika pemilik lahan tersebut melakukan pengerukan pasir, maka pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa. Padahal, saat ini masih banyak tinggalan arkeologis yang masih berada di lahan milik masyarakat.

"Seperti sumber air atau petirtaan dan struktur tangga yang menghubungkan petirtan menuju bangunan Lingga-Yoni di puncak bukit yang saat ini masih berada di lahan milik masyarakat. Kita berharap pemerintah turut membebasan seluruh kawasan bukit, karena setiap jengkal area bukit bisa mengandung tinggalan purbakala yang terkait dengan Lingga-Yoni," katanya.

Untuk diketahui, saat ini pemerintah baru bisa membebaskan area puncak bukit dimana Lingga Yoni berada dan sebagian area yang menjadi pintu masuk para pengunjung. Keterangan dari Juru Pelihara, Helni, luas lahan yang sudah dibebaskan sekitar 3.200 meter.***

 

Editor: Mohamad Ridwan

Tags

Terkini

Terpopuler