KABAR BANJAR - Di tengah pesona alam Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, terdapat sebuah tempat wisata yang dikenal sebagai Situ Wangi Kawali.
Tempat wisata Situ Wangi tidak hanya menjadi magnet bagi para wisatawan dengan keindahan alamnya, tetapi juga menyimpan sejarah yang kaya dan penuh makna.
Terletak di Desa Winduraja, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis, danau seluas 5 hektar ini bukan hanya sekadar tempat wisata biasa.
Masyarakat sekitar telah lama memanfaatkan Situ Wangi sebagai sumber air, dan kualitas airnya yang masih jernih menambah daya tariknya.
Dalam upaya pengembangan, Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis melibatkan Situ Wangi sebagai bagian dari rencana pembangunan sejak tahun 2007.
Proses revitalisasi yang dimulai pada tahun 2022 berhasil memperoleh dukungan langsung dari Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, yang meresmikan kembali keberadaan Situ Wangi.
Revitalisasi ini tidak hanya menjadikan Situ Wangi sebagai destinasi alam semata, tetapi juga melibatkan pembangunan fasilitas pendukung.
Kini, di kawasan Situ Wangi, wisatawan dapat menemukan berbagai fasilitas, mulai dari masjid, perahu, floating market, restoran hingga lokasi kegiatan seni atau bazar.
Bahkan, tersedia jembatan di atas air dan gardu pandang yang menawarkan spot sempurna untuk berswafoto.
Lahan parkir yang luas memastikan kenyamanan para pengunjung, sementara infrastruktur jalan menuju lokasi telah ditingkatkan dengan material hotmix.
Semua ini menciptakan lingkungan yang ramah pengunjung dan memudahkan aksesibilitas ke tempat wisata Situ Wangi tersebut.
Namun, di balik keindahan dan kemegahan Situ Wangi Kawali, tersembunyi pula kisah-kisah sejarah yang memikat, mulai dari asal-usulnya hingga mitos yang berkembang di kalangan masyarakat sekitar.
Sejarah Situ Wangi tidak terlepas dari peran Imam Fakih, seorang santri dari Cirebon, yang datang ke wilayah Kerajaan Galuh untuk menyebarkan ajaran Islam.
Melihat potensi aliran sungai Cipadaren yang melimpah dari Gunung Cakrabuana di daerah Hayawang, Imam Fakih bersama Eyang Suga dan empat tokoh Galuh merancang pembuatan danau untuk memenuhi kebutuhan irigasi dan ibadah.
Dengan membawa bokor emas berisi air dari Situ Panjalu, mereka menciptakan bendungan dan melempar bokor emas ke lembah Pasir Leungit.
Tempat inilah yang kini menjadi Situ Wangi, dan airnya masih menjadi keberkahan bagi warga setempat.
Kisah ini menjadi akar dari eksistensi Situ Wangi sebagai sumber air yang mendukung pertanian dan tujuan wisata.
Aliran air dari sungai Cipadaren membentang hingga 5 kilometer dan bermuara di Sungai Cimuntur serta Sungai Citanduy.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengelola lahan Situ Wangi melalui Dinas Sumber Daya Air, menjadikannya sebagai aset berharga.
Di samping fungsi sebagai sumber mata air untuk pertanian, Situ Wangi juga dihadirkan sebagai destinasi wisata terkemuka Kabupaten Ciamis.
Fasilitas modern seperti saung gazebo, arena bermain, arena olahraga air, toilet, dan dapur umum telah melengkapi kawasan Situ Wangi.
Tak hanya sebagai tempat rekreasi, Situ Wangi juga menjadi tempat wisata religi dengan makam Eyang Suba, salah satu tokoh yang terlibat dalam pembuatan danau, yang berada di area Situ Wangi.
Pemerintah setempat bersama masyarakat berkomitmen untuk menjaga dan mempertahankan keberlanjutan Situ Wangi sebagai warisan berharga.
Dengan begitu, destinasi wisata ini tidak hanya menjadi saksi bisu keindahan alam, tetapi juga saksi hidup kisah-kisah bersejarah yang mengakar dalam keberadaannya.***